Pages

Subscribe:
MUSIK DALAM BERITA..FOLLOW ME

HTML Templates

Sabtu, 31 Maret 2012

Salah Satu Contoh Band Melodic Punk Indo

CloseHead..

Biography :
Closehead dibentuk pada 18 Januari 1997
berasal dari ide sekelompok anak muda energik yang menyukai musik yang Melodic Punksayap,
kemudian membentuk sebuah band bernama Closehead.
Dalam pembentukan awal Closehead, sangat dipengaruhi oleh band-band lain yang bergenreMelodic Punk seperti Tidak Tersedia, MXPX, Blink 182, dan band lainnya.
Seiring waktu, Closehead mulai menciptakan lagu sendiri dengan harapan bahwa setiap orang akan menerima lagu-lagu yang mereka ciptakan.
Dalam perkembangannya untuk menciptakan sebuah band yang solid, yang membuatmusikalitas mereka berkembang menjadi sebuah titik yang solid.
Setelah melalui berbagai perkembangan musik khususnya di kota dan tampil di berbagaiacara musik, Closehead mulai mencoba menampilkan warna musik mereka sendiri.
Dan di Bandung sendiri, lagu Closehead telah dimasukkan dalam garis permintaan beberaparadio swasta terkemuka di Bandung, dan sebuah lagu yang bertitle Closehead "MakanLiburan Saya 'telah menjadi top chart Indie di sebuah radio swasta terkemuka di kota Bandung.
Pada pertengahan-2007 Closehead mengeluarkan judul album Split "DiscoPunkHead", danberjudul "Berdiri Teman" kembali di baris atas permintaan stasiun radio swasta terkemukadi Bandung, sampai 2008 single ini masih merupakan permintaan yang masuk atas tunggalradio swasta bandung dan beberapa kota-kota lain, diikuti oleh Keluarga Kompilasi Vol.1Linoleum dan Nu distribusi Buzz.1 Geronimo 2008.
Closehead sedang dalam proses pembuatan full album.
Visi dan misi adalah untuk membuat musik Closehead sendiri sebagai warna hidup yangdapat bertindak sebagai pelengkap kebutuhan hidup manusia, menampilkan musik yang dapat diterima oleh semua orang dan dapat menghibur, terutama di kalangan kaum mudabahwa pengalaman banyak dinamika zaman dan menampilkan performa terbaik bagi para pendengar Closehead baik dalam tahap hidup serta dalam karya musik (materi lagu) yangClosehead hasilkan.
sumber : http://iinnurdiyanto.blogspot.com

Salah Satu Contoh Band Indie Indo


Rocket Rockers..

Biography :

The Story So far…
1998 (Soeharto lengser, sebuah band pop punk lahir di Bandung)
Immorality President adalah band yang terbentuk menjadi cikal bakal Rocket Rockers. Firman (vocal/guitar), Aska (vocal/guitar), Bisma (bass), Doni (drums) adalah formasi awal Immorality President saat itu.

1999 (and the name is ROCKET ROCKERS!)
Firman (vocal/guitar) keluar dari Immorality President karena satu dan lain hal. Akhirnya mereka merkrut Al a.k.a Ucay untuk gabung di Immorality President. Namun nama band itu tidak berlangsung lama, sampai akhirnya Ucay mengusulkan nama Rocket Rockers sebagai penggantinya. Panggung pertama Rocket Rockers adalah di acara 17 Agustusan di lapangan komplek dekat Bisma tinggal. Rocket Rockers tampil di depan bapa-bapa, ibu-ibu dan warga sekitar yang duduk resmi namun Rocket Rockers tetap tampil ugal-ugalan dengan membawakan lagu-lagu berlirik tidak senonoh.

2000 (1st Compilation)
Untuk pertamakalinya Rocket Rockers masuk dalamsebuah kompilasi dari bonus CD majalah Fallen Angel bersama Poison The Well, Strung Out, Not Available, Step Forward dll. Di tahun 2000 ini, Rocket Rockers mulai sering main di pensi-pensi SMA dan acara-acara kolektif.
2001 (Punk Rock Show and Skateboarding events)
Rocket Rockers menjadi salah satu band pembuka konser Skin Of Tears (band punk asal Jerman) di teater terbuka Dago Tea House bersama Kuro!, Stadium 12 dan No Label. Di tahun yang sama pula Rocket Rockers medapat kontrak endorsement dengan Volcom dan Electric Sun Glasses. Sampai akhirnya Rocket Rockers kerapkali main di event skateboarding.

2002 (1st Album….BOOM!)
Rocket Rockers menjadi salah satu band pembuka di konser Last Show Ever-nya Puppen (band hardcore legendaries asal Bandung). Di tahun yang sama juga Rocket Rockers mengeluarkan album perdana-nya “Soundtrack For Your Life” di bawah naungan OffTheRecords. Album tersebutmencapai penjualan 15.000 copies lebih. Sampai suatu saat, single lagu “Finishkan” menjadi No.1 beberapa minggu di chart indie Radio Prambors.Berbagai media massa cetakpun memprediksikan Rocket Rockers menjadi “The Next Big Thing” (Hard Act To Follow Next Year) bersama Superman Is Dead, The White Stripes, The Hives dan The Vines –Majalah HAI No.45 11 Nov 2002-. Juga beberapa media massa seperti Boardriders, Ripple Magazine, Pause Magazine, Gadis, Kawanku, Pikiran Rakyat, dll mulai banyak mengulas Rocket Rockers. Untuk video clip, Rocket Rockers memilih single “Tergila” garapan Cerrahati dan sudah tayang di MTV. Pensi-pensi sampai acara independent-pun banyak mengundang Rocket Rockers untuk menjadi bagian dari acara. Sampai akhirnya gaung Rocket Rockers mulai merambah ke luar kota dan pulau. Sebutlah Jakarta, Bekasi, Subang, Pandeglang, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sudah dilalui dan undangan dari Medan, Bali, Balikpapan, Ujung Pandang, Singapore, Malaysia terus meramaikan e-mail dan guestbook. Melihat demand yang semakin membesar terhadap Rocket Rockers, membuat mereka harus menjalankan band dengan professional.

2003 (Menembus layar lebar)
Di tahun ini juga Rocket Rockers sempat menjadi cameo dan pengisi scoring di film “Cinta 24 Karat” karya Richard Buntario. Di tahun yang sama, Doni (drummer) keluar dari Rocket Rockers dan digantikan oleh Ozom.
2004 (Major Label, Kontroversi & Struggle)
Di awal tahun ini Rocket Rockers di kontrak oleh Sony Music dan melahirkan album ke 2 “Ras Bebas” di tahun 2004. Album tersebut laris 20.000 copies dibulan pertama edar. Rocket Rockers di tahun 2004 telah membuat 3 video klip yang tayang di MTV, diataranya: “Bangkit”, “K.L.A.S.S.I.X” dan “Pesta”. Seperti biasa band indie yang memiliki grass root kuat lalu masuk major label akan menemui kontra-kontra dari core fans. Testimonial di website pun cukup memanas. Dan suatu saat ketika Rocket Rockers interview di sebuah radio di Makassar dan menyebutkan bahwa Rocket Rockers masuk Sony Music, keesokan harinya aksi panggung Rocket Rockers di sebuah pensi dihujani oleh ludah yang bertubi-tubi dari penonton. Penontonm terus meludahi dari lagu pertama sampai terakhir, namun Rocket Rockers tetap tegar main sampai lagu terakhir walaupun Ucay (vokal) badan dan muka-nya sudah dipenuhi oleh ludah. Seiring waktu dan kedewasaan scene, wacana indie-major mulai memudar, panggung Rocket Rockers pun berangsur aman di berbagai kota.
2006 (Masuk dalam film sejarah punk sedunia: PUNK’S NOT DEAD)
Rocket Rockers tahun ini berhasil membuat sejarah baru sebagai satu-satunya band Indonesia yang masuk ke dalam sebuah film dokumenter punk se-dunia “PUNK’S NOT DEAD THE MOVIE: A Revolution 30 Years In the Making”. Film yang disutradarai oleh Susan Dynner tersebut menelusuri perkembangan dan eksistensi punk rockn selama 30 tahun. Susan Dynner dalam film tersebut mencoba untuk menggambarkann betapa besarnya kultur punk di dunia. Ide awalnya ketika Susan menonton sebuah acara reuni akbar band-band punk tua sampai yang muda dengan sponsor LEVI’S. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat PUNK’S NOT DEAD THE MOVIE. Film tersebut menuai pujian dari festival seperti The Copenhagen International Documentary Film Festival, Melbourne International Film Festival, Buenos Aires Film Festival, San Francisco International Film Fastival hingga Cannes Film Festival. Band-band dan artis yang terlibat didalamnya: NOFX, Sex Pistols, Minor Threat, Black Flag, The Ramones, Dead Kennedys, Rancid, Greenday hingga band-band masa kini seperti My Chemical Romance, The Used, Thrice, SUM 41, Good Charlotte, Story Of The Year, dll. Juga interview beberapa tokoh penting punk lainnya. Rocket Rockers menjadi bagian dari rentetan band tersebut, adalah sesuatu yang sangat membanggakan.
Di pertengahan 2006 Rocket Rockers masuk studio lagi untuk merampungkan album ke 3 “Better Season”. Tanpa di duga selesai rekaman, di akhir tahun 2006, 13 lagu Rocket Rockers menyebar hand to hand, hardisk to hardisk diluar kuasa Rocket Rockers. Lagu yang menyebar masih hasil mixing dan belum di mastering. Entah siapa yang menyebarkannya. Alhasil, materi lagu Rocket Rockers sudah menyebar ke pelosok nusantara. Hal tersebut terbukti saat manggung di berbagai daerah, semua sudah sing along.Request di internetpun membludak.

2007 (Resign from Sony/BMG)
Rocket Rockers di tahun ini mendapat endorsement dari produk sepatu yang dikelola olehTom Delonge (Blink182/Angel And Airwaves). Disamping itu, setelah menjalinkerjasama dengan Sony Music (yang sekarang menjadi Sony-BMG) selama kuranglebih 3 tahun, Rocket Rockers akhirnya putus kontrak dengan Sony-BMGdikarenakan sudah tidak adalagi kerjasama yang bisa menguntungkan. AkhirnyaRocket Rockers membuat label sendiri yang diberi nama Reach & Rich Records.

2008 (…..a Better Season)
Di awal tahun 2008, Rocket Rockers berhasil menjadi salah satu band pembuka konser MXPX di Basket Hall A Senayan Jakarta bersama Superman Is Dead dan Fornufan.Rocket Rockers terpilih sebagai satu-satunya band rock Indonesia yang memiliki fans paling banyak di friendster yang mencapai 50.000 fans lebih dan alhasil Rocket Rockers di undang ke gathering Friendster oleh David Jones (founder of Friendster) di Grand Indonesia bersama RAN, Ten 2 Five dll.
Setelah hampir 2 tahun materi album ke 3 yang bocor,lagu yang berjudul “Ingin Hilang Ingatan” menjadi top request di friendster dan radio-radio, bahkan di tv lokal sebelum waktunya keluar.
Juni 2008, single dari album ke 3 “Better Season” dilepas ke radio-radio dan langsung meduduki posisi 1 di Radio Ardan Bandung dan menjadi top reques di lagu-lagu lainnya. Video clip yang digarap untuk album “Better Season” adalah “Terobsesi” yang dibuat oleh M.Irsan dari:Grafitasi (yang juga kameramen dari Rocket Rockers). Konsep video clipnya adalah lebih ke reality show yang menampilkan artis-artis, musisi dan teman-teman yang memberi testimonia untuk Rocket Rockers. Musisi dan artis yang ikut andil adalah: Ian Antono, Aura Kasih, Ronal Disko, Sogi, Ence, Masayu Anastasia, Melanie Soebono. Piyu Padi, Tri Utami, Purwacaraka, Tria Changcutters, Bayu O.B, Ajeng “Be a man”, Ocha “Weekend Seru” dan beberapa teman juga alien.
Di tahun 2008 ini juga Rocket Rockers menjadi cover depan majalah RIPPLE, MOSH MAGAZINE, GREY MAGAZINE.
Akhir juli Rocket Rockers akhirnya mengeluarkan album ke 3-nya yang sudah lama tertunda di bawah naungan label sendiri: Reach & Rich Records. Penjualan awal masih menerapkan direct selling di setiap panggung Rocket Rockers. Bahkan dibeberapa kesempatan, personel Rocket Rockers melakukan penjualan hand to hand yang lumayan mendapat apresiasi bagus. Setelah program direct selling, rencananya penjualan album “Better Season” akan bekerja sama dengan clothing lokal yang membuatkan T-shirt Rocket Rockers untuk dijual bersama CD ke seluruh nusantara.
Video Clip “Terobsesi” dari album Better Season sudah tayang di MTV.
Single ke-2 “Ingin Hilang Ingatan” untuk pertama kalinya masuk, dalam jangka waktu beberapa minggu langsung menduduki posisi chart nomer 1 di Ardan Top Request Chart menggeser posisi lagu “Laskar Pelangi” dari Nidji dan band-band dan penyanyi-penyanyi kelas Nasional Indonesia.
Di tahun 2008 ini, walaupun merilis albumnya dengan records sendiri, Rocket Rockers berhasil mendapat panggung di layar kaca tv local dan nasional. Sebut saja “Dahsyat” RCTI, “Klik” dan “Planet Remaja” ANTV, “On The Spot” Trans7 dan beberapa acara tv lokal.

Pengertian indie


Kata Indie ialah berasal dari kata Independent. Tetapi harus dibedakan antara independen sebagai:
(1) status artis/band atau minor label yang tidak dikuasai/dikendalikan major label
(2) independen dalam konteks indie sebagai subkultur dan genre musik
Pengertian (1), Dimulai sejak awal abad 20 dengan kemunculan minor label seperti Vocalion atau Black Patti yang kala itu berupaya mengikis dominasi major label semacam Victor, Edison, dsb. Walaupun independensi pada pola dan jaman itu tidak menjalin akar.
Dan pengertian (2), Bertendensi serupa sebagai antitesis mainstream dengan merilis musik kaum minoritas seperti blues, bluegrass, dsb. Tapi saat itu yang terjadi sekadar rivalitas antara kapital kecil melawan kapital besar dan pergerakannya tidak bersifat integral.
Lalu di era 50-an mulai berkembang wacana independen untuk memerdekakan kreativitas dari intervensi kepentingan industri. Kendati demikian, kondisi yang tercipta tidak menghasilkan karakter signifikan. Bipolarisasi terhadap arus utama belum terwujud. Mereka memang berproduksi secara minor tapi iramanya masih mengacu ke pola major label juga. Walaupun bermotif kebebasan berekspresi, mereka hanya independen secara kapital dari major label namun orientasi musiknya tetap setipe major label.
Kecenderungan awam dalam menyikapi istilah indie adalah menyamaratakan semua yang independen sebagai “indie”. Dengan demikian itu hanya bertumpu ke unsur kata (independen) saja sebagai kemerdekaan secara harafiah dan tanpa batas.
Ada pula yang mempertanyakan “indie” dalam kapasitasnya sebagai kebebasan mutlak. Padahal independensi dalam wacana (2) sangat berbeda dengan (1). Artinya istilah indie sesungguhnya masih merujuk ke spesifikasi tertentu. Indie akan mampu dipahami secara proporsional bila ditelusuri ke konteks historis atau wacana terjadinya pembentukan istilah itu. Namun jarang ada media yang mau menggali lebih dalam. Sehingga “indie” cenderung dikotakkan sebagai musik laris manis yang cocok bagi selera awam. Sedangkan musik indie sesungguhnya yang underrated malah diabaikan. Hal semacam itulah yang kerap menimbulkan miskonsepsi publik bahwa “indie” semata-mata pola kerja dan kemurnian idealisme.
Bagaimana bila sebuah band beridealisme mainstream tapi mereka berproduksi secara swadaya? Apakah itu termasuk indie ? Tentu tidak. Karena independen secara minor label atau self-released tidak menjamin artis/label itu berkarakter indie. Karena seseorang yang berjiwa mainstream pun bisa saja menghasilkan karya berkarakter mainstream tapi dikemas secara Do-It-Yourself dengan dalih kebebasan ekspresi atau budget minim.
Kasusnya seperti gaya rambut suku indian “Mohawk” yang sudah ada sebelum punk. Namun orang cenderung menggeneralisir semua gaya rambut mohawk sebagai representasi punk. Padahal tidak semua orang yang berambut mohawk menganut ideologi punk. Demikian pula halnya pada pemahaman minor label atau self-released yang disetarakan indie, padahal keduanya bukan parameter mutlak bagi status indie.
Oleh karena itu, perlu ada pembelajaran bagi masyarakat agar mereka tidak latah terhadap istilah “indie”. Artinya publik patut memahami bahwa segala sesuatu yang independen belum tentu indie dan indie belum tentu independen (secara label). Asal mula kata independent menjadi indie bermula dari tabiat anak-anak muda Inggris yang suka memotong kata agar mempermudah pelafalan informal seperti; distribution menjadi distro, british menjadi brit, dsb. Di balik pemendekan kata independen itu kemudian terkandung sebuah definisi kontekstual indie yang menjadi basis pergerakan subkultural. Sehingga sejak masa itu tidak sembarang makna independen secara umum bisa diasosiasikan dengan indie. Namun hingga kini pun orang awam masih sering salah paham dengan menyamakan makna indie dalam wacana (2) dengan independen dalam wacana (1).
Namun seperti uraian di atas, dalam perkembangannya istilah indie mengalami perluasan makna akibat eksploitasi media massa yang menjadikannya rancu. Secara general, definisi indie di Indonesia cenderung dipublikasikan sebagai pola kerja mandiri semata. Padahal esensi indie bukan sekadar kemandiriannya saja, namun lebih kepadaRoots-Character-Attitude (RCA) yang bertumpu pada resistensi terhadap mainstream. Sebagai contoh, The Smiths dan New Order dirilis oleh Warner Music namun reputasinya masih diakui sebagai band indie karena RCA mereka adalah indie. Bahkan secara internasional indie diakui sebagai genre.
Itu artinya, ada sebuah konsensus global yang memahami indie dalam spesifikasi musik tertentu. Lalu bagaimana menentukan band itu indie atau bukan? Disinilah arti penting parameter RCA yang telah disebutkan tadi. Guna mendistribusikan rekaman indie, para scenester (aktivis musik) indie membangun jalur distribusi di luar sistem mainstream yang kemudian dikenal sebagai distro. Dengan demikian, indiepop sebenarnya menerapkan unsur-unsur budaya resistensi punk walaupun para pelakunya tidak berdandan ala punk. Keistimewaan indie terletak pada jaringan kerjanya. Indie tanpa networking akan menjadi benteng tanpa prajurit.
Dalam relasinya indie cenderung lebih mengedepankan unsur humanis. Dukungan mutualisme semacam ini sebenarnya adalah warisan dari 3 dekade silam ketika indie label yang lebih besar memberi dukungan kepada indie label yang lebih kecil untuk berkembang lebih pesat tanpa mengawatirkan rivalitas pasar. Indie bergerak kepada orientasi pendengar yang segmentatif. Kalaupun akhirnya mendapat respon luas, itu dianggap senagai bonus saja. Faktor penentunya adalah sikap artis/band indie tersebut ketika mulai dikenal secara luas. Mereka harus lebih bijak dalam menjaga pakem agar karakternya tidak terseret menjadi pasaran atau kacangan.

Bisa dibilang indie yang ideal adalah indie yang ekslusif. Parameter tersebut adalah RCA yang mengacu pada subkultur indiepop itu sendiri. Singkatnya indie adalah etos cutting edge, avant garde atau budaya kreatif yang menjadi alternatif dari pola-pola musik pada umumnya.

Seiring perkembangan corak musik, indiepop masa kini secara musikal memang tidak lagi sarat dengan punk. Namun etos punk masih dan akan selalu dianut olah para musisi indiepop di belahan dunia manapun. Dengan musik yang sangat catchy dan selling, sebenarnya banyak band indiepop yang berpeluang besar untuk menjadi artis jutaan kopi dengan menawarkan demo ke major label. Namun mereka tidak melakukan itu karena orientasi mereka bukan sekadar popularitas dan kemewahan, namun lebih kepada kepuasan personal dan idealisme dalam berkarya. Bahkan ada yang menolak tawaran manggung hanya karena skala pentas dan panggungnya terlalu besar.
Sikap semacam itu pun banyak ditunjukkan band indiepop lainnya dengan menjaga jarak dengan pers umum. Inilah contoh sikap punk yang berbeda dari stereotipe artis mainstream. Musisi lokal yang memang ingin menjadi indie seharusnya banyak belajar dari situ sehingga mereka tidak menjadi popstar wannabe yang terobsesi gemerlap popularitas secara mainstream. Kurt Cobain bisa jadi contoh ideal sebagai figur musisi indie karena dia malah depresi saat musiknya kian terkenal dan pasaran. Indiepop mengajarkan pada kita bahwa pop tidak diukur dari sebarapa banyak rekaman yang terjual atau seberapa banyak penggemarnya. Ketika industri mainstream menganggap musik yang bagus harus dilegitimasi oleh hype/trend massal dan dominasi chart, indiepop secara murni menghargai musisi dari musiknya, bukan dari popularitas. Indiepop juga meyakini bahwa pop tidak harus masuk Top 40 atau diliput media mainstream. Pop dalam konteks indiepop adalah cita rasa berbalut sikap menentang mainstream.
Kurang lebih 10 tahun sudah indiepop eksis di Indonesia sebagai sebuah genre dan kultur tandingan; setipe dengan metal, punk maupun hardcore bersama fanzine-nya yang telah berkembang lebih dahulu. Bandung dan Jakarta adalah dua kota yang menjadi sentra kemunculan dan berkembangnya indiepop di negeri kita. Dari sana baru beberapa tahun kemudian indiepop mulai menyebar sampai ke Jogja, Surabaya, Semarang, bahkan hingga kota kecil seperti Purwokerto, Malang, Bogor, Salatiga, dst.
Beberapa tahun kemudian, Jakarta semakin berkembang dengan lahirnya generasi baru yang tidak sekadar terpengaruh britpop, melainkan varian yang lebih progresif (twee, jangle, bliss, folk, dsb.). Blossom Diary, Santa Monica, The Sweaters, Sugarstar, C’Mon Lennon, Ballads of the Cliché, Belladonna, dan The Sastro adalah sekian dari banyak penerus kultur indiepop saat ini. Jangkauan mereka pun makin mendunia dengan dirilisnya karya mereka oleh berbagai label indiepop di luar negeri. Perkembangan indiepop di Jakarta juga ditunjang oleh maraknya komunitas yang tersebar di hampir seluruh penjuru Ibu kota seperti Balai Pustaka, Senayan Street, dsb. Berkat pergerakan semacam itulah scene Jakarta mampu terus berkembang melalui regenerasinya yang sangat dinamis. Begitu pula dengan perkembangan scene musik di Bandung dan Jogja.
Dalam skala global, indiepop telah berkembang menjadi jaringan kerja antar bangsa yang memungkinkan terjadinya rotasi untuk saling merilis rekaman di negara masing-masing. Mereka bisa saling berkomunikasi dengan baik karena idealisme mereka terhadap indie sama-sama merujuk kepada pemahaman internasional,. Jaringan ini akan semakin solid dengan munculnya generasi baru yang tumbuh dengan idealisme mengakar dalam jiwa mereka, yaitu spirit independensi untuk selalu menjadi counter-culture terhadap musik mainstream, resistensi pada tren atau selera awam, dan idealisme self-sustain/self-indulgement yang menjadi karakter eksistensinya, seperti kawan-kawan mereka di negara lain di seluruh belahan dunia.
Semoga wacana ini bisa menjadi pengantar bagi kamu yang ingin lebih mendalami musik indie. Mulailah dengan memahami bahwa independen belum tentu indie dan indie belum tentu independen (secara label). Dari situ niscaya kamu akan memperoleh pencerahan untuk menyadari bahwa selama ini “indie” yang dimanipulasi secara mainstream adalah suatu pembodohan. Jadi kalau ada band pop non-major label yang musiknya setipe Colpdlay atau Nidji dan mereka mengklaim dirinya “indie”, berarti kamu sedang dibodohi.
sumber : http://groofie.com

Genre-genre musik

Alternative Rock

Alternative Rock adalah aliran musik rock yang muncul pada tahun 1980-an dan menjadi sangat populer di tahun 1990. Nama "alternatif" ditemukan pada tahun 1980 untuk mendeskripsikan band-band punk rock yang tidak sesuai dengan aliran punk rock pada masanya. Sebagai jenis musik yang spesifik, rock alternatif mempunyai sub-aliran yang bervariasi, dari musik indie yang bermulai pada tahun 1980 dan menjadi populer pada tahun 1990; seperti indie rock, grunge, gothic rock, dan college rock. Aliran-aliran tersebut terkonsolidasi dengan ciri khasnya masing-masing.

Walaupun aliran alternatif terhitung sebagai aliran rock, tapi beberapa sub-alirannya terpengaruh oleh musik rakyat, reggae, musik elektronik, dan jazz. Dalam periode tertentu, istilah rock alternatif digunakan untuk menyebut musik rock dari band underground pada tahun 1980an, punk rock (termasuk punk itu sendiri), dan untuk musik rock itu sendiri pada tahun 1990an dan 2000an.

Contoh Band yang menggunakan genre Alternative Rock

Nirvana


Blues

Blues adalah sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Musik blues berangkat dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan blue note dan penerapan pola call-and-response (di mana dua kalimat diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan kalimat keduanya bisa dianggap sebagai "jawaban" bagi kalimat pertama) dalam musik dan lirik lagu-lagu blues adalah bukti asal usulnya yang berpangkal di Afrika Barat. Di era kini banyak Blues Lovers lahir. Mereka menyimak, belajar, menulis, memainkan, dan bikin album.

Musik blues mempunyai pengaruh yang besar terhadap musik populer Amerika dan Barat yang baru, seperti dapat terlihat dalam aliran ragtime, jazz, "blues rock", "electric blues", bluegrass, rhythm and blues, rock and roll, hip-hop, dan country, "reggae", serta musik rock konvensional.

Contoh yang menggunakan genre Blues

(Alm)Ray Charles



Classical

Genre Classical merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian Barat, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-21.
Sejarah musik classical Barat

Contoh orang yang menggunakan Genre Classical

Mozart



Country

Genre Country adalah campuran dari unsur-unsur musik Amerika yang berasal dari Amerika Serikat Bagian Selatan dan Pegunungan Appalachia. Musik ini berakar dari lagu rakyat Amerika Utara, musik kelt, musik gospel, dan berkembang sejak tahun 1920-an. Istilah musik country mulai dipakai sekitar tahun 1940-an untuk menggantikan istilah musik hillbilly yang berkesan merendahkan. Pada tahun 1970-an, istilah musik country telah menjadi istilah populer. Istilah lain untuk genre musik ini adalah country and western, namun sudah semakin jarang dipakai kecuali di Britania Raya dan Irlandia.

Contoh orang yang menggunakan Genre Country

Taylor Swift



Easy Listening

Easy Listening merupakan genre yang gampang didengar oleh para pendengar musik. Biasanya Genre ini biasa dimainkan oleh Band-Band Indonesia. Easy Listening memiliki arti gampang didengar, berarti di Lagu yang ber genre Easy Listening memiliki Lirik yang mudah dihafalkan dan nada yang Slow.
Contoh Band yang menggunakan Genre Easy Listening

Ten2Five



Rock

Genre Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun 40 dan 50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan musik klasik.

Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an, synthesizer. Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues kadang digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik rock "mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan melody yang menarik".

Pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, musk rock berkembang menjadi beberapa jenis. Yang bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk rock, dengan blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Pada tahun 70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga di tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori) seperti soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave, hardcore punk dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu metal.

Contoh Band yang menggunakan Genre Rock

My Chemical Romance



Rap

Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya, rap diiringi oleh DJ maupun sebuah band.

Biasanya, rapper seperti penyanyi biasa, yaitu bernyanyi solo. Contohnya adalah Xzibit dan Jay-Z. Ada pula rapper yang menjadi anggota band, misalnya Mike Shinoda dari Linkin Park. Umumnya, rapper berkulit hitam karena banyak rapper berasal dari daerah pinggiran. Di antara sedikit rapper yang berkulit putih adalah Eminem dan Sean Paul. Rapper sering disebut pula dengan MC (Master of Ceremony).

Contoh orang yang menggunakan genre Rap

Igor Saykoji



Jazz

Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues, ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool jazz, free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz.

Contoh orang yang menggunakan Genre Jazz

Bob James



Death Metal

Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman maut (death growl). Teknik menyanyi seperti ini juga sering disebut "Cookie Monster vocals".

Contoh Band yang menggunakan Genre Death Metal

The Berzerker



J-Pop

J-pop adalah istilah yang digunakan untuk musik populer Jepang yang memasuki arus utama musik Jepang pada tahun 1990-an. Istilah J-pop digunakan untuk membedakannya dari enka dan musik rakyat min'yō. "J-pop" modern berakar dari musik tahun 1960-an seperti yang dimainkan The Beatles,dan menggantikan kayōkyoku (musik pop Jepang hingga 1980-an) dalam dunia musik Jepang. Istilah J-pop diciptakan media massa Jepang untuk membedakannya dari musik asing, dan sekarang merujuk kepada hampir semua musik populer di Jepang. Menurut data tahun 2006 dari International Federation of the Phonographic Industry, industri musik Jepang memiliki industri musik terbesar nomor dua di dunia, dan hanya berada di bawah Amerika Serikat.

Contoh kelompok yang menggunakan Genre J-Pop

Arashi



New Age

Music New Ages adalah sebuah aliran music yang mampu memberikan sebuah salah satu pengalaman sbb: positif,relaks,insipirasi,nyaman,semangat,ada unsur kebudayaan

oleh sebab itu tidaklah heran kalau kita bisa menyukai sebuah music new ages dengan bahasa yang sama sekali kita tidak mengerti, atau sebuah lagu yang sudah diciptakan beratus2 tahun yang lalu yang mungkin hanya dicipakan dengan alat music dan suara vokal seadanya

Music adalah ekspresi dari jiwa.
Mungkin anda yang pernah mendengar lagu new ages pasti sangat mengerti kenapa anda bisa mencintai music ini.

Contoh Orang yang menggunakan Genre New Age

Paul Schwartz



R&B

R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Pada tahun 1948, perusahaan rekaman RCA Victor memasarkan musik kaum kulit hitam yang disebut Blues and Rhythm. Pada tahun yang sama, Louis Jordan mendominasi lima besar tangga lagu R&B dengan tiga lagu, dan dua dari lagunya berdasar pada ritme boogie-woogie yang terkenal pada tahun 1940-an. Band Jordan, Tympany Five (1938) terdiri dari dirinya sebagai vokal dan pemain saksofon beserta musisi-musisi lain sebagai pemain trompet, saksofon tenor, piano, bas, dan drum.Istilah ini pertama kali dipakai sebagai istilah pemasaran dalam musik di Amerika Serikat pada tahun 1947 oleh Jerry Wexler yang bekerja pada majalah Billboard. Istilah ini menggantikan istilah musik ras dan kategori Billboard Harlem Hit Parade pada Juni 1949. Tahun 1948, RCA Victor memasarkan musik kulit hitam dengan nama Blues and Rhythm. Frasa tersebut dibalik oleh Wexler di Atlantic Records, yang menjadi perusahaan rekaman yang memimpin bidang R&B pada tahun-tahun awal.

Contoh Orang yang menggunakan genre R&B

Justin Timberlake



J-Rock

J-Rock atau Japanese rock digunakan untuk menyebut genre musik rock yang ada di Jepang.

Aliran musik J-Rock menjadi populer di Indonesia berkat kepopuleran penayangan anime di televisi dengan lagu tema (soundtrack) yang dibawakan penyanyi dan kelompok musik Jepang.Sejarah J-Rock dimulai tahun 1957 dengan dikenalnya musik rock di Jepang bersamaan dengan puncak kepopuleran rockabilly yang merupakan salah satu gaya rock 'n' roll.

Rockabilly yang dimulai di berbagai kelab jazz melahirkan penyanyi rockabilly seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijirō Yamashita. Pada bulan Februari 1958, ketiganya tampil dalam konser Westan Kānibaru I (Western Carnival I) di gedung pertunjukan bernama Nihon Gekijō, Tokyo.

Di akhir dekade 1950-an, kepopuleran rockabilly yang mulai surut digantikan era Kabā Popsu (cover pops) yang terdiri dari berbagai jenis musik. Di antara tokoh cover pops terdapat musisi seperti Yūya Uchida dan Isao Bitō yang berakar pada genre rockabilly. Selain itu, cover pops dengan gaya Liverpool Sound lahir mengikuti kepopuleran grup-grup musik seperti The Beatles di sekitar tahun 1963.

Contoh Band Yang menggunakan Genre J-rock


Flow & J-Rocks



Reggae

Reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Reggae mungkin jadi bekas di perasaan lebar ke menunjuk ke sebagian terbesar musik Jamaika, termasuk Ska, rocksteady, dub, dancehall, dan ragga. Barangkali istilah pula berada dalam membeda-bedakan gaya teliti begitu berasal dari akhir 1960-an. Reggae berdiri di bawah gaya irama yang berkarakter mulut prajurit tunggakan pukulan, dikenal sebagai "skank", bermain oleh irama gitar, dan pemukul drum bass di atas tiga pukulan masing-masing ukuran, dikenal dengan sebutan "sekali mengeluarkan". Karakteristik, ini memukul lambat dari reggae pendahuluan, ska dan rocksteady.

Contoh Band yang menggunakan genre Reggae

Steven And Coconut Treez



Techno

Genre Techno adalah aliran Musik yang menggunakan tema futuristik. Musik Techno juga dipakai di Club-Club malam dan biasanya Musik ini dimainkan oleh seorang DJ. Musik ini tidak dimainkan dengan alat musik tradisional seperti Gendang, Gitar, Sasando, dll. Dia menggunakan alat musik Digital seperti Dj Maker yang biasa dipakai untuk me-remix musik yang sudah ada menjadi musik yang bertema Futuristik.

Contoh orang yang menggunakan Genre Techno

Daft Punk



World

Dunia musik adalah istilah umum untuk kategori musik global, seperti musik tradisional atau musik rakyat dari sebuah budaya yang diciptakan dan dimainkan oleh musisi adat dan erat terkait dengan musik dari daerah asal mereka. Genre ini biasanya lebih mengandung lagu-lagu rakyat yang sangat lama, Misalnya Sekitar 0-800 Masehi bahkan bisa sebelum Masehi

Contoh Orang yang menggunakan genre World

Aeson



Dangdut

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.
Contoh orang yang menggunakan Genre Dangdut

Rhoma Irama

sumber :http://www.kaskus.us